Gelap. Hitam. Tak ada setitik sinar yang dapat aku lihat. Ya Tuhan, aku ingin menangis. Ada apa denganku? Di mana aku? Mengapa ini terjadi? Aku mebelalakkan mataku selebar mungkin. Selebar-lebarnya, sebesar-besarnya. Tapi tetap saja, sinar itu tak kunjung datang. Masih gelap. Hitam. Dan akhirnya aku tahu, aku kini bukan aku yang satu jam yang lalu. Aku kini berbeda. Aku buta.
Terdengar bisikan di sebelah kiriku.
"Salsa, kamu sudah bangun, Nak?" Aku tahu, itu suara Mama. Aku balas sapaannya," Mama? Mama. Salsa..Salsa..gelap Ma, gelap.." aku hanya bisa berkata seperti itu. Begitu banyak pikiran dan pertanyaan berdesakkan memenuhi otakku. Aku tak tahu mana dulu yang harus aku ungkapkan.
"Sayang, katakana pada Mama ada apa? Apa yang terjadi, Nak?" tanya Mama. Aku rasakan dan aku dngar, Mama kini mulai khawatir dan kebingungan. Aku mulai menjawab dan aku mulai menangis, aku tak kuasa menahan batu berat yang sedari tadi menikam jantungku.
"A, aku...aku...aku enggak tahu, Ma. Aku enggak bisa lihat apa-apa, hitam, Ma. Glap. Aku buta , aku buta.." teriakku sambil menangis tersedu-sedu. Tak tahu kenapa, hatiku begitu sakit. Tapi sedikit tersirat di palung hatiku yang terdalam, aku bahagia.
***